Dari jalan poros Pinrang Pare pare ini.Baik di saat zaman kerajaan suppa
hingga peristiwa korban 40 ribu jiwa. dari bukti bukti sejarah yang ada
adalah makam petinggi pasukan kerajaan Bone yang kalah perang dan lari
kekerajaan Suppa untuk meminta suaka politik. " Bompatue dulunya bernama
La cubeng, namun berubah menjadi Bombatue, mungkin karena jaman
kependudukan jepang sering membom daerah tersebut dan hanya mengenai
bantu sehingga sebutan
itu melekat dan menjadi nama Bompatue " kata
Muhammad Thamrin.
Mangkau dan pasukannya kata Muhammad thamrin di
kediamannya kamis 6 september kemarin menambahkan kalah dalam perang
saudara dimasa kerajaan Arung Palakka dan minta suaka politik di
kerajaan suppa, karena memang antara pemimpin keraj
aan suppa dan Mangkau
masih memiliki hubungan keluarga " setelah perang saudara di bone sudah
berakhir dan kondisi aman, Mangkau dan Pasukannya kembali ke Bone dan
sempat singgah di Bompatue "
Akan tetapi mangkau saat itu
berpesan kepada salah seorang punggawa pasukannya yakni Dato Ramallah
dan saudaranya Dato Galuttu untuk tinggal dan menetap di Bompatua dengan
alasan jika terus ikut dengan pasukan, ia hanya menjadi bawahan terus "
Dan saat itulah, dato Ramallah menikah dengan gadis Bompatue dan
menetap di sana " lanjut cicit dari dato Ramallah ini.
Dan saat
itulah Dato Ramallah mulai membina kehidupan baru dan menjadi kepala
kampung untuk wilayah Bompatua dan saat meninggal ia di makamkan di
daerah ini, sebab setiap warga yang meninggal di kuburkan di daerah
sendiri sendiri " untuk wilayah bompatue saja ada sekitar 4 tempat
kuburan Kuno , termasuk Dato ramallah "
Bompatue mulai di
tinggalkan warganya kata Muhammad thamrin saat kependudukan jepang
melakukan pembakaran rumah rumah warga yang ada dan termasuk membakar
persediaan makanan warga , sehingga warga yang bermukim diatas Bompatue
itu turun dan mencari pemukiman Baru " mereka tersebar mencari kehidupan
sendiri sendiri "
Nilai
sejarah lain yang di miliki oleh kampung Bompatue adalah adanya pohon
yang mangga yang lebih dulu ada di banding dengan kuburan kuno tersebut "
Jika kuburan kuno berumur sekitar 300an tahun, tentu pohon mangga
tersebut, lebih dari umur seperti kuburan itu "
Disamping itu
terdapat dua tempat rumpun Bambu yang berduri yang disebut Awo tarae.
Awo tarae ini lain dari bambu umumnya, sebab di setiap tangkainya
memiliki duri duri, sedang pada bagian atasnya tidak menimbulkan duri "
awo tarae inilah yang dibuat para pejuang zaman itu sebagai bambu
Runcing yang di gunakan dalam melawan belanda "
keunggulan Awo
Tarae ( Bambu yang bertaji ) adalah lubang yang kecil dan tebal serta
tidak dimakan rayap " awo tarae itu hanya ada di bompatue " kata Thamrin
saat di temui di kediamannya
Warga Lappa lappae kelurahan
tellumpanua kecamatan suppa ini menambahkan kedua rumpun Bambu berduri
itu berada di sisi barat dan timur Bompatue yang di perkirakan ditanam
pada saat warga masih mendiami wilayah Bompatue. SUARDI GATTANG
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar