Hal yang juga menarik dari buku Christian Pelras, ketika ia menulis
bahwa Bacukiki benar sebagai Bandar (laut) utama di Sulawesi-Selatan,
bahkan ketika Gowa belum ditulis dalam sebuah peta yang dibuat ekpedisi
Portugis ketika itu. Peta yang hanya ditulis tangan ini dibuat setelah
pelayaran Antonio de Paiva (l544) ke Sulawesi-Selatan. Pada peta itu
tertulis “ Description chorological de Macazar” Disepanjang pantai
barat dalam peta itu tertulis “BUGUIS”. Dalam peta berderet dari utara
ditulis Mandar, linta (Alitta),SUPA ( Suppa) dan Machoquique
(Bacukiki).
Tulisan Machoquique ( Bacukiki) berhadapan dengan gambar
sebuah jangkar, yang menurut Pelras seolah menggambarkan bahwa banda
tersebut menjadi bandar utama Portugis. Sayang peta tersebut menurut
Pelras mungkijn dibuat oleh orang yang belum pernah melihat situasi
daerah itu sebenarnya. Gambar itu hanya dibuat berdasarkan pelukisan
orang lain, karena lokasi Bacukiki dilukis
sangat mencorok ke dalam ( seperti ratusan kilometer) berdasarkan
prepektif gambar, padahal Bacukiki, tidak berapa jauh dari garis luar
pantai.
Salah satu gagasan Tunipalangga, setelah melihat jauhnya bandar Bacukiki dari Gowa ( Somba Opu), yang sulit diawasi, dan tentu saja menjadi saingan bandar-bandar lain di Gowa seperti Ujung Tanah, Grassi, maka baginda ingin supaya kegiatan dan peranan Bacukiki sebagai bandar dialihkan ke Gowa. Pekerjaan ini tentu tidak mudah, karena bandar Bacukiki sudah lama dikenal, selain itu tenaga terampil yang mengelola bandar ini adalah orang-orang yang berasal dari Bacukiki, Sawitto dan Suppa. Baginda tidak berpikir panjang, ia memerintahkan semua tenaga-tenaga ahli yang mengelola bandar Bacukiki dipindahkan ke Makassar. Dengan kekuasannya, semua ini bisa terjadi, sejumlah orang Bacukiki,Suppa dan Sawitto, ikut dipindahkan ke Makassar. Tidak hanya orang lokal, bahkan perusahaan-perusaha an dagang orang Melayu yang sudah terlanjur didirikan di Bacukiki harus ikut pindah. Orang Melayu yang meminta beberapa syarat untuk pindah, semua dikabulkan oleh baginda, termasuk izin menetap di Makassar.Sejak itu, kegiatan bandar Bacukiki menyusut dan digantikan oleh bandar yang ada di kerajaan Gowa. Sebelum Gowa menguasai Bacukiki, Bacukiki berada dibawah kekuasaan kerajaan Siang ( Pangkajenne) .
Sayang sekali tidak ada kronik dari para peneliti Barat ini yang menjelaskan mengenai siapa penguasa di Bacukiki pada waktu itu. Begitu pula mengenai penguasa di kerajaan Suppa. Peta sejarah Sulawesi-Selatan pada abad XII-XV yang dibuat oleh Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Muchlis Paendi dkk tahun l986, misalnya hanya menyebut nama kerajaan antara lain : Kasuwiyang Salapang ( Gowa), Ajattapareng ( Sidenreng), Matajang ( Bone), Bantaeng ( Bonthain), Bukil ( Selayar) serta peta kawasan masing-masing. . Kerajaan Sawitto tidak disebut, Bacukiki juga tidak disebut. Pada abad XVI, sudah tertulis kerajaan : Endekan ( Enrekang) Sawitto, Wajo, Suppa, Mallusetasi, Tanete Barru,Bone,Soppeng, Madalle, Marusu ( Maros),Gowa, Bulukumba, Bantaeng, Binamu (Takalar), Bajeng, Selayar, Bulo-Bulo( Sinjai). Parepare masuk kawasan kerajaan Mallusetasi, tentu di sini juga berada Bacukiki. Tetapi melihat keunikan Bacukiki, selain pernah sebagai bandar internasional yang ramai di Sulawesi-Selatan, maka cikal bakal Bacukiki yang kini hanya menjadi sebuah kecamatan di kota Parepare, tentulah menyimpan sejarah tersendiri yang berbeda dengan kerajaan lain.
0 komentar:
Posting Komentar